Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Kawasan Kolonial Di Kota Depok


Kawasan bangunan Kolonial ini merupakan salah satu tempat bersejarah di Kota Depok. Banyak bangunan-bangunan yang berdiri dimasa Kolonial, seperti:

  1. Gereja Immanuel di Jalan Pemuda, Depok lama
  2. Jembatan Panus yang melintas Sungai Ciliwung menghubungi Depok Lama dan Depok II
  3. Pondok Cina di Jalan Margonda yang sekarang menjadi “ornamen’ Margo City,
  4. Bekas rumah Tuan Tanah Cimanggis (km 34 jalan ke arah Bogor).

Kawasan bangunan kolonial Depok mudah dicapai dari tengah kota kurang lebih 15 – 30 menit dengan kendaraan umum dengan akses jalan yang cukup memadai dan kualitas yang cukup baik, lingkungan terjaga bersih dan asri.

Kawasan Kolonial Di Kota Depok
Pada masa kolonial belanda, Kota Depok mulai dihuni orang-orang Belanda, banyak peninggalan - peninggalan yang bertahan hingga sekarang dan banyak jenisnya, ada yang merupakan rumah hunian, gereja, sekolah, perkantoran, jembatan, dan lain-lain, jenis itulah yang penting dikaji lebih lanjut untuk upaya pengembangan pariwisata budaya.

Beberapa rumah tinggal bergaya arsitektur Indis yang terletak di daerah Depok Lama. Menurut Steadmen (1979) bangunan bergaya arsitektur Indis (Indisch Stijl) mempunyai ciri:
  1. Bangunan sudah beradaptasi dengan iklim tropis sehingga mengikuti ciri arsitektur tradisional Jawa
  2. Denah bangunan luas melebar tidak memanjang
  3. Dilengkapi teras (beranda) di bagian depan rumah,
  4. Dan atap bangunan lebar sehingga sebagian menaungi bagian halaman tepian rumah.
Pada tahun kejayaan VOC (Tahun 1683-1685) banyak tempat sudah mulai dibangun villa-villa (landhuis) antara lain Pondok Gede, Cimanggis, Tanjung Oost dan Depok. Banyak Cina Banten menjadi pemiliki tanah partikelir yang luas. Antara lain Tio Thiong Kho yang menjual sebagian tanahnya kepada Cornelis Chastelein.
Di jalan Pemuda cukup banyak bangunan kolonial dengan arsitektur Eropa, baik berupa rumah tinggal dan sarana pendidikan berupa sekolah, tertata dengan rapih dan asri, karena itu sangat menjajikan bila kawasan ini dikembangkan sebagai kawasan kuliner dan fashion (pertokoan baju).

Wisata kuliner dengan nuansa Eropa dan Betawi yang buka pada jam-jam tertentu, sekitar pukul 16.00 – 22.00 WIB. Sedangkan bagi yang rumahnya dikembangkan sebagai kuliner yang menjajakan makanan (jajanan) tradisional dapat buka mulai pukul 10.00 -22.00 WIB. 
Sedangkan fashion, terutama pada rumah-rumah yang memiliki ornamen dan komponen yang relatif masih dipertahankan dengan kuat serta memiliki ruang cukup memadai dengan tanpa merubah yang berarti seperti tetap mempertahankan penggunaan cat bangunan, atap, tampak muka bangunan dan ornamen dan komponen bangunan.

Walaupun demikian apabila ada perubahan harus tetap berkonsultasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat atau ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat. Hal ini seperti yang dikembangkan di kota Bandung, di Jalan Martadinata (jalan Riau) dan jalan Dago. 
Untuk menunjang pegembangan dan pemanfaatan kawasan jalan Pemuda dengan cukup banyak bangunan kolonial nan indah, perlu dilengkapi dengan area parkir yang memadai, dapat ditempatkan di suatu sudut atau bagian kawasan tersebut dengan tanpa mengindahkan kelancaran berlalu lintas.

Sumber : Web Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat


Posting Komentar untuk "Mengenal Kawasan Kolonial Di Kota Depok"